Dalam dunia distribusi kamar hotel dan akomodasi, istilah dynamic rate dan static rate mungkin sudah tidak asing lagi. Tapi, apakah Anda benar-benar tahu mana yang lebih cocok untuk strategi B2B (business to business) Anda?
Banyak pelaku bisnis hospitality masih ragu memilih antara dua sistem ini. Salah ambil keputusan bisa berdampak besar pada revenue, relasi dengan mitra, bahkan reputasi brand di pasar. Jadi, mana sebenarnya yang lebih menguntungkan? Mari kita kupas tuntas.
Apa Itu Static Rate?
Static rate adalah tarif kamar yang ditetapkan secara tetap dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Tarif ini biasa digunakan untuk kontrak dengan partner seperti travel agent offline, wholesaler, atau tour operator. Karena sifatnya tetap, static rate menawarkan kepastian harga bagi mitra dan memudahkan dalam membuat paket wisata.
Kelebihan static rate:
- Stabil dan mudah dikelola
- Cocok untuk market yang belum sepenuhnya digital
- Mempermudah perencanaan anggaran dan promo B2B
Namun, static rate juga punya sisi lemah. Di tengah fluktuasi permintaan, tarif tetap bisa jadi jebakan. Saat high season, hotel bisa kehilangan potensi pendapatan. Sebaliknya, di low season, tarif ini bisa jadi terlalu mahal dan tak kompetitif.
Apa Itu Dynamic Rate?
Dynamic rate adalah sistem tarif yang fleksibel dan bisa berubah-ubah sesuai permintaan pasar, ketersediaan kamar, dan strategi revenue management. Biasanya digunakan pada platform OTA (Online Travel Agent), channel manager, atau partner B2B yang sudah berbasis digital.
Kelebihan dynamic rate:
- Lebih responsif terhadap perubahan pasar
- Memaksimalkan pendapatan saat permintaan tinggi
- Menghindari overpricing di masa sepi
Kekurangannya? Dynamic rate membutuhkan sistem digital yang kuat, kontrol yang konsisten, dan pemahaman tentang revenue management. Tanpa itu, Anda bisa kewalahan sendiri.
Mana yang Lebih Untung untuk Hotel Anda?
Jawabannya tergantung pada target market, kemampuan digital, dan strategi distribusi Anda. Jika Anda masih berpartner dengan banyak offline agent dan butuh tarif stabil, static rate bisa jadi solusi jangka pendek. Tapi jika Anda ingin bermain agresif di pasar online dan mengejar revenue maksimal, dynamic rate jelas lebih unggul.
Kabar baiknya, Anda bisa menggabungkan keduanya. Dengan strategi blended, Anda bisa tetap menjalin kerja sama B2B konvensional sembari menerapkan dynamic rate di kanal digital. Kuncinya ada pada manajemen sistem dan strategi e-commerce yang tepat.
Optimalkan Strategi Tarif Anda Bersama ecommerceloka
Mengelola dynamic rate dan static rate sekaligus bukan hal mudah, apalagi jika Anda juga harus mengurus channel distribution, OTA, konten, dan pemasaran digital. Di sinilah ecommerceloka hadir untuk membantu.
Kami memahami tantangan industri hospitality di era digital. Dengan dukungan tim profesional dan tools yang terintegrasi, kami bantu Anda membuat strategi tarif yang fleksibel, adaptif, dan tetap menguntungkan.
Dynamic rate dan static rate bukan tentang mana yang benar atau salah. Tapi tentang bagaimana Anda menyesuaikannya dengan kebutuhan bisnis dan perubahan pasar. Jangan biarkan peluang terlewat hanya karena sistem Anda belum siap.
Konsultasikan strategi rate dan distribusi Anda bersama ecommerceloka hari ini. Kami bantu bisnis Anda tumbuh, dari backend hingga booking.